YUSTISI.ID Bali(23.07.2025) – Puri Agung Karangasem kembali menggelar Upacara Adat Baligia Utama (Atma Wedana) sebagai bagian dari pelestarian budaya leluhur Bali yang digelar secara khidmat di Taman Sukasada Ujung, Karangasem, Bali.
Acara ini turut dihadiri sejumlah tokoh adat dan bangsawan dari berbagai daerah. Di antara tamu kehormatan, hadir Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-23, SPDB Brigjen Pol (Purn) Pangeran Edward Syah Pernong, yang juga menjabat sebagai Dewan Keraton (DK-01) Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN). Beliau hadir bersama Sekjen MAKN, YM Dra. Hj. Raden Ayu Yani Wage Sulistyowati S. Kuswodidjoyo dari Kesultanan Sumenep.
Selain itu, tampak pula tokoh-tokoh adat Bali seperti Prof. AA Agung Gede Putra Agung dan Anak Agung Istri Agung Raka Padmi, serta para Pengelingsir Puri se-Bali, tokoh keraton Nusantara, dan pemuka adat serta masyarakat Bali lainnya.
Dalam sambutannya, Pangeran Edward Syah Pernong menekankan pentingnya menjaga dan mewariskan adat serta tradisi luhur seperti Baligia kepada generasi mendatang. Ia menyebut tradisi ini sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas budaya yang harus dijaga kelestariannya.
Upacara Baligia Utama sendiri merupakan bagian dari Pitra Yadnya, bentuk penghormatan tertinggi kepada leluhur yang bertujuan menyucikan roh dan mengantarkannya menuju Siwa Loka, bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dan menjadi Dewa Pitara dalam tradisi Hindu Bali.
Upacara puncak digelar pada Minggu, 20 Juli 2025, dan dipimpin oleh Pengelingsir serta Manggala Puri, Anak Agung Bagus Parta Wijaya, didampingi oleh Prawartaka Karya, Anak Agung Made Kosalia. Mereka menjelaskan bahwa pelaksanaan Baligia Utama tahun ini diikuti oleh 104 Puspa/Sekah, termasuk 17 dari kalangan Puri Agung Karangasem.
Baligia juga diyakini sebagai penyucian badan halus (Suksma Sarira)—melengkapi prosesi Ngaben yang berfungsi menyucikan badan kasar (Stula Sarira). Maknanya bukan sekadar ritual, melainkan manifestasi spiritual yang menjaga keseimbangan antara sekala (dunia nyata) dan niskala (dunia tak kasatmata).
Tokoh-tokoh adat berharap agar nilai-nilai luhur yang terkandung dalam upacara ini dapat terus diwariskan kepada generasi muda, sebagai bagian dari upaya menjaga identitas dan spiritualitas Bali dalam kehidupan modern. (Tim/Red)

 
 
   
							












