banner 300600 YUSTISI.ID - SEPUTAR INFORMASI HUKUM, POLITIK & PEMERINTAHAN

Revitalisasi Barito dan Sentra Fauna Jakarta, Simbol Kota Ramah dan Berkelanjutan

  • Bagikan

YUSTISI.ID Jakara (06.08.2025) – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai menata kawasan Barito, Jakarta Selatan, sebagai bagian dari pembangunan Taman Bendera Pusaka, sebuah ruang terbuka hijau (RTH) yang dirancang menjadi ikon kebangsaan sekaligus ruang publik yang ramah keluarga.

Penataan kawasan ini dilakukan dengan pendekatan humanis, mengedepankan keberlanjutan dan kesejahteraan sosial. Seiring dengan itu, Pemprov juga membangun Sentra Fauna Jakarta di kawasan Lenteng Agung, sebagai pusat perdagangan hewan peliharaan yang higienis, edukatif, dan ramah lingkungan.

banner 300600

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM (PPKUKM) DKI Jakarta, Elisabeth Ratu Rante Allo, menyampaikan bahwa penataan Barito dilakukan tanpa pendekatan represif. Para pedagang difasilitasi dengan relokasi sementara ke sepuluh pasar milik Perumda Pasar Jaya, bebas sewa selama tiga bulan, dan diberi keleluasaan memilih lokasi sesuai preferensi mereka.

“Langkah ini bukan sekadar penataan tata ruang, tetapi juga menjamin kesinambungan ekonomi para pedagang,” ujar Ratu, Rabu (6/8).

Lebih lanjut, pedagang akan diakomodasi di Sentra Fauna Jakarta seluas ±7.000 m². Lokasi ini akan dilengkapi dengan pasar hewan modern yang higienis, zona edukasi satwa dan konservasi, ruang wisata edukatif, serta area UMKM yang tertata dan mendukung penguatan ekonomi masyarakat.

“Sentra Fauna bukan hanya tempat jual beli, tetapi juga ruang edukasi dan rekreasi bagi keluarga serta pecinta satwa,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta, M. Fajar Sauri, menjelaskan bahwa pembangunan Taman Bendera Pusaka akan mengintegrasikan Taman Langsat, Taman Ayodya, dan Taman Barito menjadi satu kawasan hijau terpadu seluas hampir enam hektare.

“Taman ini akan menjadi RTH yang aman, luas, dan inklusif, dengan fasilitas publik seperti jembatan penghubung antartaman, jalur lari, taman bermain anak, ruang serbaguna, dan amphitheater terbuka,” jelas Fajar.

Pembangunan ini merupakan bagian dari visi Pemprov DKI Jakarta dalam menciptakan kota yang hijau, berketahanan, dan berkelanjutan, sekaligus meningkatkan kualitas hidup warga.

Di lain pihak, pengamat tata kota Yayat Supriatna mendukung langkah ini dan menegaskan bahwa kebijakan tersebut bukan bentuk penggusuran. Ia menyebutnya sebagai strategi penataan dengan pendekatan integratif yang tetap memperhatikan hak ekonomi dan sosial masyarakat.

“Ini bukan menggusur, tapi menata. Pemerintah memberi ruang dan opsi terbaik untuk masa depan yang lebih baik,” kata Yayat.

Yayat juga menyoroti posisi strategis kawasan Barito sebagai pusat ekonomi kota. Ia memperkirakan taman baru ini akan menjadi magnet aktivitas ekonomi, rekreasi, dan sosial yang hidup hingga malam hari.

Lebih jauh, Yayat menilai penataan ini telah menerapkan prinsip 3D (Density, Diversity, Design). Dari sisi Density, tingginya kepadatan penduduk di kawasan Barito membuat kebutuhan akan RTH sangat penting. Diversity, karena lokasi ini juga mencakup pusat ekonomi, pemerintahan, dan layanan publik. Sementara dari sisi Design, aksesibilitas, trotoar nyaman, serta konektivitas transportasi menjadi elemen penting dalam mendukung fungsi taman secara optimal.

“Penataan ini juga harus mengakomodasi pelaku UMKM agar taman hidup dan berdampak luas. Satu taman bisa mencakup berbagai fungsi jika dirancang dengan visi jangka panjang,” tutup Yayat. (Red)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 300600